Secara etimologi Pyrography berasal dari bahasa Yunani yakni “pur” (yang berarti api) dan “graphos” (yang berarti menulis) yakni seni mendekorasi kayu atau bahan kanvas alami lainnya semacam kulit binatang menggunakan panas yang dihasilkan api.
Sejarah mencatat, kegiatan ini telah dilakukan dalam budaya Mesir dan Afrika, dimana mereka terpesona keindahan yang dihasilkan oleh kekuatan api. Robert Boyer, seorang Pyrographer, berpendapat hal ini bahkan telah dilakukan di jaman purba, saat manusia menggoreskan arang sisa pembakaran di dinding-dinding gua tempat mereka tinggal.
Di era Victoria penemuan alat pyrography, memacu minat yang luas dari para seniman untuk mengembangkan seni ini menjadi sebuah usaha dan sejak itulah istilah Pryography digunakan (setelah sebelumnya mereka menggunakan istilah ‘pokerwork’)
Di Indonesia sendiri bentuk seni dekor semacam Pyrography ini sebenarnya sudah dikenal sejak lama. Dulu, dalam mata pelajaran kesenian, anak-anak sekolah dasar sering menggunakan batok kelapa yang dipanaskan untuk kemudian menggoreskan arangnya di media kayu atau bambu, kegiatannya lebih mirip dengan seni melukis batik diatas kain menggunakan canting.
di jaman sekarang, Pyrography lebih banyak menggunakan alat yang dikenal dengan istilah solid-point, yakni sebuah alat yang mirip dengan solder namun lebih canggih, sebagian pihak menyebutnya dengan istilah Razertip pens. Namun solder biasa pun masih bisa digunakan mengingat Razertip pens belum dijual secara meluas. Meski hasil goresan yang dihasilkan tak sehalus Razertip pens, namun jika punya dasar keahlian yang bagus, alat apa pun tidak masalah bukan? (di kutip dari crimson strawberry )
berikut ini saya perlihatkan sebagian contoh-contoh pyrograph hasil karya tangan sy sendiri
klo pengen liat2 lebih lengkap lagi karya2 ane..langsumg buka z facebook ophet
kang, dapat kayu pinus dimana?
BalasHapus